Kinerja penyelenggaraan program TA. 2002 yang kurang menggembirakan, perlu pengkajian dan dicermati secara bersama. Baik kekurangan maupun hambatan yang ditemui selama ini. Sehingga dapat dijadikan pelajaran dan merupakan bekal untuk meningkatkan kinerja di tahun 2003.
Demikian di kemukakan Dirjen Sumber Daya Air, DR.Ir Roestam Sjarief, MNRM, ketika memberikan pengarahannya pada Rapat Kerja di lingkungan Ditjen SDA - Departemen Kimpraswil, baru-baru ini.
Dijelaskan Dirjen, berbagai hambatan yang ditemui tersebut perlu dicari cara penyelesaiaanya. Sehingga ke depannya tidak lagi menjadi kendala. Hambatan tersebut seperti masalah pembebasan tanah, masalah sosial kurangnya pemahaman terhadap peraturan-peraturan yang ada, prosedur pelaksanaan bantuan luar negeri, serta kurangnya komunikasi dan koordinasi dalam penanganan masalah.
Program kerja ke depan, ditahun 2003, merupakan tantangan yang harus dijawab, guna meningkatkan kinerja dalam penyelenggaraan tugas-tugas pelayanan masyarakat dan pembangunan.
"Beban dan tanggung jawab kita semakin berat dengan diberikannya kepercayaan yang lebih besar kepada Dep. Kimpraswil dalam wujud alokasi dana APBN dan BLN yang lebih besar di banding tahun 2002 lalu," kata Roestam.
Karena itu program dan sasaran pembangunan tahun 2003 ini, perlu lebih dipertajam lagi. Apalagi dalam menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat luas sesuai dengan misi yang diemban departemen ini.
Dalam rapat kerja yang antara lain dihadiri Kepala Dinas/Sub Dinas, Pemimpin Proyek mapun para pejabat Eselon II dan III Pusat tersebut, Roestam Sjarief menekankan, etos kerja, spirit kerja dan spirit korps Departemen Kimpraswil agar lebih dibangkitkan dan disegarkan kembali. Selain semanagat dan motivasi dalam menjalankan tugas dan misi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Evaluasi
Dalam rapat kerja tersebut juga dikemukakan hasil evaluasi pelaksanaan di tahun 2002 lalu. Antara lain adanya keterlambatan progres report karena adanya keterlambatan DIP. "Ini merupakan alasan klasik dan sering dijadikan excuse," jelas Dirjen SDA. Untuk itu dalam pelaksanaanya harus lebih tanggap lagi untuk segera dapat dilakukan langkah-langkah percepatan penyelesaiannya.
Mengenai program-program bantuan luar negeri (BLN), Dirjen mengharapkan, para pelaksana harus mempelajari dan memahami semua aturan dan guideline yang berlaku.
Dengan demikian masalah non teknis yang sangat mengganggu dan menghambat progres penyerapan dana tersebut, perlu diupayakan penyelesaiannya sesegera mungkin.
Koordinasi antar instansi dan pengendalian dari pusat selaku executing Agency yang selama ini dirasa sangat kurang, perlu lebih ditingkatkan lagi. Pemenuhan dana pendamping dan dana pembebasan tanah untuk mendukung program-program berbantuan luar negeri tersebut, juga harus menjadi prioritas dan diutamakan dalam perencanaan program tahun-tahun mendatang.
Program 2003
Sementara program tahun 2003 Ditjen Sumber Daya Air, antara lain program pemantapan ketahanan pangan nasional, perlindungan kawasan-kawasan strategis dari ancaman banjir dan program penyediaan air bersih.
Disamping itu, program mendukung penanggulangan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja terutama pada kawasan-kawasan perdesaan, daerah tertinggal, dan kawasan perbatasan.
Penanganan konservasi sumber daya air dalam rangka meningkatkan dan memantapkan keandalan ketersediaan dan kemanfaatan serta penerapan asas-asas penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik - juga merupakan program-program yang akan dilaksanakan di tahun 2003 ini.
Untuk mendukung program ketahanan pangan, Ditjen Sumber Daya Airmerencanakan antara lain peningkatan kinerja prasarana dan sarana irigasi dan rawa - khususnya di 13 propinsi andalan, penanganan rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak 500 ribu ha, rehabilitasi jaringan rawa seluas 47 ribu ha, jaringan irigasi air tanah seluas 7,8 ribu ha, dan pencetakan sawah seluas 15 ribu ha.
Juga direncanakan Ditjen Sumber Daya Air akan melanjutkan pembangunan embung 65 unit, waduk besar sebanyak 6 unit, rehabilitasi embung 20 buah, rehabilitasi waduk 23 unit, operasi dan pemeliharaan 110 waduk serta bangunan prasarana lainnya.
Dalam upaya pengendalian banjir antara lain direncanakan penanganan parasarana pengendali banjir dan perbaikan sungai seperti di Ciliwung-Cisadane, Citarum, Cimanuk-Cisanggarung, Citanduy, Serayu-Bogowonto, Jratunseluna, Bengawan Solo dan Kali Brantas.
Sedangkan khusus untuk pengendalian banjir Jakarta direncanakan perbaikan tanggul dan pengerukan sungai-sungai kritis dan banjir Kanal barat, dan penanganan muara sungai Cisadane.
Untuk mendukung upaya penyediaan air bersih direncanakan antara lain melanjutkan pembangunan waduk Manggar di Kaltim, embung Paya Seunara di NAD, perbaikan saluran air baku Klambu - Kudu di Jateng serta rehabilitasi dan peningkatan saluran Tarum Timur dan Tarum Barat di DKI Jakarta.**