KERUSAKAN DAS DAN HUTAN

KERUSAKAN DAS DAN HUTAN

12136 Print

KERUSAKAN DAS DAN HUTAN PENYEBABAB KURANGNYA CADANGAN AIR

KERUSAKAN DAS DAN HUTAN
PENYEBABAB KURANGNYA CADANGAN AIR
 

Ketersediaan air dunia saat ini sudah dalam kondisi genting. Artinya lebih dari sekedar merisaukan atau memprihatinkan.Tanda-tanda ke arah itu memang sudah terlihat dari banyaknya peristiwa bencana seperti banjir dan longsor hingga kekeringan. Bahkan Presiden WWC dalam sambutannya mengungkapkan bahwa satu dari 4 orang di dunia kekuranganair minum.Dan satu dari tiga orang penduduk dunia tidak mendapatkan sanitasi yang layak. Yang lebih parah lagi diprdiksikan tahun 2025 1/3 totalpenduduk bumi akan kekurangan air. Tanda-tanda ke arah itu kini mulai terlihat. Misalnya diIndonesiakerusakan daerah aliran sungai (DAS) setiap tahunya kian meningkat. Bila 1984 kerusakan DAS baru 22 buah, maka 2001 sudah meningkat menjadi 62 buah. Padahal 1992 lalu jumlah kerusakanDAS masih 39 buah.

Sekretaris Jenderal Departemen Kimpraswil, Ir. Djoko Kirmanto menyatakan hal itu saat membuka Dialog Nasional yang bertema" Penyelamatan Air" hari ini Rabu (19/3) di Jakarta. Dihadapan peserta Dialog yang dihadiri oleh berbagai kalangan seperti dari instansi terkait, perguruan tinggi, LSM, Perpamsi, HATHI serta Utusan KNI-ICID Djoko mengungkapkan, bahwa semakin kritisnya masalah air harus disikapi oleh semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Dikatakan, bila tahun-tahun lalu air hujan masih bisa tertampung dan tersimpan dalam tanah kini tidak lagi. Pasalnya kerusakan DAS dan hutan-hutan sebagai daerah tangkapan air hujan kini mengalami kerusakan parah. Akibatnya, air hujan itu langsung mengalir ke laut lepas. Diperparah lagi dengan adanya konversi lahan yang tidak pada tempatnya.

"Kondisi itu menyebabkan banjir bila musim penghujan. Dan menimbulkan dampak kekeringan bila musim kemarau," ucap Sekjen Kimpraswil.Bila permasalahanitu tidak segera ditanggulangi, maka akan timbul kerusakan yang lebih parah dimasa depan," tambahnya. Menurut Djoko, dibutuhkan sistem yang terpadu dala mengatasi masalah krisis air. Caranya, dengan menerapkan sistem lintas sektor. Tidak lagi per sektor seperti waktu lampau dalam penanganannya,serta harus melibatkan stocholder.Dirinya mengaku, bisa menerima prediksi yang mengungkapkan bahwa 1 dari 3 orang di dunia saat ini tidak memperoleh pelayanan sanitasi yang layak.

Karena, disaat ketersediaan air semakin kritis. Tapi masih banyak orang yang tidak peduli dengan masalah lingkungan. Sedangkan lingkungan selalu berubah. Sementara kualitas air semakin jelek akibat pencemaran limbah. Padahal, kebutuhan akan air per kapita selalu mengalami peningkatan.Sejalan dengan itu, dirinya minta kepada peserta Dialog Nasional agar nantinya bisa menghasilkan suatu rumusan atau masukan kepada pemerintah. "Bukan hanya sekedar wacana tapi menghasilkan suatu usulan," tegas Djoko.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA) Adi Sarwoko menyatakan, air yang ada di bumi 2,5%diantaranya berupa air tawar. Dan kurang dari 1% nya yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Air tanah yang tersedia hanya 0.72%. Adapun ketersediaan per kapita di dunia rata-rata 600 m3/kapita per tahun. Padahal untuk kebutuhan sehari-hari misalnya MCK, Minum dsb diperkirakan antara 50-110 liter/kapita/hari.Dikatakan, Indonesia menempati urutan ke- 5 di dunia dalam hal ketersediaan air dengan potensi rata-rata 15.500 m3/tahun/kapita. Adapun potensi ketersediaan air itu tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan Maluku dan Papua.

Di pihak lain waduk dan danau tempat penampungan air, kondisinya saat ini semakin memprihatinkan, karena mengalami sedimentasi yang cukup parah. Dia menyebut ada 15 waduk dan danau yang mengalami sedimentasi berat diantaranya Waduk Saguling, Mrica, Gajah Mungkur, Cacaban, Jatiluhur, dan Klampis di Jatim. Menurutnya, berkaitan dengan masalah penyelamatan air maka diperlukan perbaikan atau pembaharuan kebijakan pengelolaan Sumber Daya Air. Dengan pertimbangan yang menyangkut masalah substansi permasalahan SDA di Indonesia, kebutuhan untuk ketahanan pangan dan mengatasi persoalan peraturan dan kelembagaan.

Hal itu didasarkan pada bahwa pemerintah tidak mungkin dapat mengatasi permasalahan SDA sendiri. Untuk itu, maka peran masyarakat dan swasta/dunia usaha mutlak diperlukan. Menurutnya, peran itu bisa dimulai sejak pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan termasuk pembiayaannya. Peran dimaksud tentu harus meliputi aspek-aspek konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak dan informasi.

Pusat Data dan Informasi Publik - 19 Maret 2003

Apakah informasi di atas cukup membantu?

Biro Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum
Website: pu.go.id
Facebook: kemenPU
Instagram: kementerianpu
X: kemenPU
TikTok: @kemenpu
Youtube: kemenPU
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat