Usai melakukan sidak ke ruas Pantura Jawa Barat, Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Soenarno, menyatakan bahwa jalur ini sudah siap dilewati dengan baik pada saat Lebaran-Natal 2003. Sejumlah ruas kini telah empat lajur mulai dari Cikampek-Losari. Mudah-mudahan akhir tahun 2005 seluruh jalan Pantura dari Cikampek-Cirebon-Semarang sudah empat jalur dan dilengkapi dengan lampu penerang jalan, ujar Soenarno di Jatibarang (11/08).
Namun diharapkan paling tidak sampai akhir tahun 2004 sudah empat lajur, walau belum mulus seluruhnya. Tetapi memang di beberapa ruas masih bergelombang dan itu akan dikerjakan secara bertahap, jelasnya. Rencananya, untuk jalur Pantura terutama ruas Jawa Barat pada sisi kiri dan kanan jalan akan dibangun dengan sistem rigid peavement dan pada bagian tengahnya dengan pola fleksibel peavement. Kebijakan ini diambil untuk mengatasi lalu lintas Pantura yang semakin padat, tambahnya.
Ruas Pantura yang sejak tahun 2002 diambil alih pengerjaannya oleh Pemerintah Pusat, dibangun dengan dana APBN dan pinjaman luar negeri dari JBIC senilai Rp 962,14 miliar. Ruas Pantura yang termasuk jalur favorit bagi pengendara baik kendaraan besar dan kecil, mengalami kerusakan cukup parah semenjak krisis ekonomi. Kerusakan semakin parah, selain terbatasnya dana Pemerintah untuk melakukan perbaikan ulang dasar jalan juga akibat beban kendaraan yang melewati jalur yang pada saat itu hanya untuk kendaraan bermuatan gandar 8 ton, dilewati kendaraan bermuatan gandar mencapai 12-16 ton.
Saat ini jalan Pantura Jawa Barat sudah dibangun dengan sistem rigid peavementmulai dari Cikampek-Pamanukan hingga Palimanan dan mampu untuk menahan kendaraan dengan beban muatan gandar 10 ton, tutur Pimpro Induk Pantura Jabar Purnomo.
Menurutnya beberapa jalan yang masih bergelombang seperti di Pusaka Negara nantinya akan dibongkar dan dibuat beton dikanan-kiri jalan. Paling tidak H-21 akan bagus semua untuk pengamanan masa mudik lebaran, yakin Purnomo.Dirinya juga menambahkan, seluruh jalur Pantura akan dilengkapi dengan drainase agar jalan lebih terawat dan tidak cepat rusak karena genangan air. Tetapi sekarang masih ada sedikit kesulitan seperti di daerah Indramayu. Dimana masyarakat masih ada yang belum mau mundur. Namun, kami masih lakukan pendekatan secara bertahap. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini atau paling tidak awal bulan September bisa selesai semua, tegasnya.
Sementara itu , Fernandez dari Badan Litbang Prasarana Jalan dan Transportasi Depkimpraswil, menyatakan penanganan ruas Pantura harus hati-hati dan ditangani secara baik. Kondisi tanah di ruas Pantura hampir seluruhnya memiliki sifat tanah lunak namun, ada juga yang bersifat ekspansif yaitu menyusut saat tanah kering dan mengembang saat basah, jelasnya. Untuk itu, penanganannya tidak harus seluruhnya dengan sistem rigid (perkerasan beton) tetapi bisa dibuat dengan modifikasi teknik lainnya,katanya. Hal ini, dimaksudkan agar dana yang dikucurkan tidak terbuang percuma. Sehingga, perkerasan beton yang dilakukan di Pantura tidak sama dengan yang biasanya seperti di jalan Tol Sedyatmo atau dalam kota.
Beberapa lokasi yang dikenal tanah lunak seperti diseluruh Pantura, Demak hingga Pati. Sementara yang saat ini masih mengalami rusak yaitu di ruas Cikampek-Pamanukan, Jatibarang-Palimanan, Jateng tidak masalah prinsip tetapi hanya struktur pergerakan.
Jatibarang By Pass
Saat meninjau jalan Jatibarang By Pass yang telah selesai dibangun pada bulan Mei 2003 dengan dana sebesar Rp 53,6 miliar dari dana APBN ditambah Rp 1 miliar loan dari ADB dan US$ 2,1 juta. Menkimpraswil berharap agar jalan ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh warga.
Peran serta masyarakat dapat dinyatakan dengan perawatan jalan dan tidak melebihi beban yang telah ditentukan. Saat ini UU Jalan sedang dibahas interdep, dana akan dibawa ke Presiden lalu dibahas di DPR, tuturnya. Dalam UU ini nantinya akan diatur mengenai keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan dan perawatan jalan. Prinsipnyafee for service artinya mereka yang mempunyai manfaat bagi jalan harus mengeluarkan sesuatu untuk fee dan itu dikembalikan untuk jalan yang digunakan, jelasnya.
Jalan yang dibangun dengan sistem Beton Precast sepanjang 3,2 km, ini dapat membuat jarak tempuh dari Jatibarang Kota-Kertasemaya hanya 10 menit. Sebelumnya bisa 30 menit karena melewati pasar dan rel KA, kata Purnarachman-Direktur Wilayah Tengah Prasarana Wilayah-Depkimpraswil saat mengikuti sidak Menkimpraswil ke Pantura.
Sementara Bupati Indramayu Irianto MS.Syafiuddin, menyatakan sangat berbahagia atas peran Pemerintah Pusat. Menurutnya selama ini dirinya merasakan beban yang cukup berat mengingat lalu lintas kendaraan yang melewati ruasnya sangat padat sedangkan kemampuan DATI II untuk membangun dan memperbaiki jalan sangat kurang. Apa yang dibuat ini memberikan peluang bagi daerah untuk memelihara DATI II, dengan begini kita cukup tertolong, tuturnya.