Banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Langkat (Sumatera Utara), diakibatkan rusaknya Daerah Aliran Sungai Bahorok. Salah satu diantaranya adalah kerusakan hutan yang terjadi di sekitar sungai. Sehingga saat curah hujan tinggi, maka tanah menjadi labil dan tidak mampu menampung air lagi. Kerusakan daerah aliran sungai Bahaorok ini menjadi persoalan utama banjir ditambah dengan kemungkinan ada kayu menumpuk di sungai bagian hulu tetapi hal inibelum dapat dipastikan karena saya belum liat sendiri. Saya sudah mencoba naik sendiri ke ketinggian 200 tidak berhasil karena cuaca jelek (saat meninjau lokasi 05/11 besama Menko Kesra dan Taufik Kiemas-red), ujar Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Soenarno kepada pers usai melantik sejumlah Pejabat Eselon I (06/11).
Akibatnya saat hujan turun dengan tingkat yang tinggi, maka kemampuan untuk menahan tidak ada dan dampaknya kayu tersebut turun bersama dengan laju air.Itu yang menyebabkan banjir bandang, tambah Soenarno.
Untuk itu, Soenarno meminta agar DAS Baharok dikembalikan fungsinya. Tetapi dilihat dulu apabila betul ada lokasi yang membuat terbentuknya air yang kemungkinan di waktu depan terjadi lagi harus kita betulkan. Dulu sungai ini dipindahkan dan sekarang kembali kepada bentuk awalnya, sehingga perlu dilakukan river trainning dan perbaikan lokasi hutan, ungkapnya
Kerusakan paling parah terjadi di lokasi bantaran sunghai. Banyak warga yang tinggal dikawasan bantaran sungai. Data sementara menunjukan, ada 401 rumah dan lebih dari 100 pertokoan hancur tergilas air, katanya.
Dijelaskannya, upaya mengingatkan warga bantaran kali tersebut agar tidak tinggal disana sudah pernah dilakukan oleh pemda. Namun hal itu tidak terjadi karena berbagai hal dan penolakan. Oleh karenanya, di jangka panjang pasca tanggap darurat Pemerintah mengambil langkah untuk merehabilitasi warga ke permukiman baru.Guna merealisasikan rencana tersebut, Pemda Sumut telah menyediakan lahan seluas 7 ha bagi warga untuk dimukimkan kembali. Dalam waktu 1 minggu ini Pemda janji akan sampaikan usulan kepada kami, tutur Soenarno.
Sementara, bantuan politis juga telah dinyatakan oleh DPR. Sebagai lembaga yang kini mempunyai kewenangan terhadap anggaran, maka telah dialokasikan dana sebesar Rp 50 miliar bagi penanggulangan bencana mulai dari tanggap darurat hingga perbaikan kehidupan pasca becana. Departemen Kimpraswil bertugas untuk memulihkan trauma masyarakat, dengan menyediakan tempat pengungsian atau perumahan sementara dilengkapi air bersih dan sanitasi yang baik, kata Menteri.
Menanggapi mengenai pernyataan bahwa bencana terjadi akibat salah statunya karena kerusakan hutan melalui penebangan kayu di Taman Nasional Lauser yang juga lokasi Ladiagalaska. Soenarno menjelaskan bahwa Sungai Bahorok jauh dari lokasi Ladiagalaska. Sungai Bahorok, jelasnya memang berada di dalam taman Nasional Lauser, sedangkan lokasi Ladiagalaska berada di dalam ekosisitem Lauser bukan Taman Nasional Lauser. Di dalam ekosistem Lauser seluas 1,708 ha, memang ada beberapa kehidupan yang harus dibantu kehidupannya agar bisa berhubungan dengan dunia luar. Jadi kalau dikaitkan dengan Ladiagalaskan tidak relevan karena terlalu jauh, tegasnya. Namun begitu, dirinya tidak menampik apabila jalan Ladiagalaska tersebut jadi dibangun maka masalah lingkungan harus diperhatikan betul.. (cm)