
Sanitasi, Bukan Hanya Sekedar Urusan Belakang
Volume
Volume 50/Tahun XII/Edisi Mei-Juni 2012
Tahun
2012
KIPRAH kali ini mengangkat tema Sanitasi, Air Minum dan pencapaian MDGs. Bukan tanpa alasan, utamanya sanitasi masih belum dianggap sebagaisektor yang penting untuk diperhatikan. Padahal menurut laporan Bank Dunia 2007, buruknya sanitasi menyebabkan Indonesia harus kehilangan Rp 58 triliun per tahunnya. Sedangkan berdasarkan Laporan Analisa Lingkungan Indonesia,Bank Dunia 2009, kekurangan...
scan untuk baca online
KIPRAH kali ini mengangkat tema Sanitasi, Air Minum dan pencapaian MDGs. Bukan tanpa alasan, utamanya sanitasi masih belum dianggap sebagaisektor yang penting untuk diperhatikan. Padahal menurut laporan Bank Dunia 2007, buruknya sanitasi menyebabkan Indonesia harus kehilangan Rp 58 triliun per tahunnya. Sedangkan berdasarkan Laporan Analisa Lingkungan Indonesia,Bank Dunia 2009, kekurangan air dan sanitasi yang buruk menyebabkan kerugianterbesar bagi perekonomian Indonesia, diperkirakan sekitar 7.6 miliar dolar pada 2007 atau sekitar 1,76% dari PDB (432.2 miliar dolar). Di antara negara-negara ASEAN, kita juga masih tertinggal dalam hal akses penduduk untuk sektor sanitasi dan air bersih.
Melihat angka seperti itu, sudah seharusnya semua pihak menaruh perhatian akan pentingnya sanitasi, jika kita tidak ingin berada dalam kondisi yang lebih buruk lagi di masa depan.Pemerintah sebenarnya bukannya tanpa usaha. Program-program seperti penyediaanair minum, sanitasi dan pengelolaan sampah serta drainase yang berwawasan lingkungan telah lama dilakukan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP), Pamsimas, Program Penataan Kawasan Kumuh dan Pengolahan Sampah 3R yang diulas dalam Laporan Utama KIPRAH edisi ini adalah contoh-contohnyata yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi persoalansanitasi permukiman dan lingkungan.
Belajar dari negara-negara maju, ternyata dalam menanggulangi masalah sanitasi terutama sampah, peran masyarakat secara aktif menjadi kunci suksesnya. Karena itu, kebiasaan untuk hidup sehat dan bersih harus dimulai sejak dini dan diperkenalkankepada anak-anak dan remaja. Karena itulah, pemerintah juga berupaya untuk mendorong anak-anak agar dapat berperan sebagai agen perubahan dalam mengampanyekanperilaku peduli sanitasi di lingkungan sekitarnya, antara lain melalui pelaksanaanJambore Sanitasi.
Dalam skala yang lebih luas, kesepakatan berbagai negara di dunia dalam MDGs merupakan suatu komitmen bersama untuk 8 tujuan pembangunan di mana setiap tujuan mempunyai satu atau beberapa target. Salah satu dari target tersebut adalahtarget 7c yang mengisyaratkan untuk menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang layak dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015.
Untuk mengejar komitmen tersebut, Indonesia harus mampu mencapai target proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak sebesar 62,41% dan akses terhadap air minum sebesar 68,87 %. Berdasarkan data BPS tahun 2010 jumlah rumah tangga di Indonesia yang memiliki fasilitas sanitasi layak sebesar 55,54%, sehingga untuk mencapai target MDGs tahun 2015 perlu kenaikan sebesar 6,87%.
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak targetMDGs tahun 2015 sebesar 68,87%, sedangkan pencapaiannya tahun 2010 sebesar 44,19%. Mengingat masih panjangnya perjalanan untuk mencapai target MDGs tersebutmaka KIPRAH kali ini pun mengupas pencapaian MDGs di bidang sanitasi dan air minum dari berbagai sudut pandang.
Jika kita melihat antara kondisi saat ini dan target MDGs yang harus dikejar, masihbanyak PR yang harus diselesaikan. Kita harus tetap optimistis, seperti dikatakan oleh Wapres Boediono, bahwa kita sebagai bangsa harus mempunyai komitmen untukmencapainya.
Masuk atau daftar untuk menulis komentar