
Bersama Menghadapi Perubahan Iklim
Volume
Volume 46/Tahun XI/Edisi September - Oktober 2011
Tahun
2011
Gejala anomali cuaca mulai kita rasakan saat ini. Memang, dunia kini sedang menghadapi fenomena pemanasan global (global warming) yang berakibat pada perubahan iklim (climate change). Jika dulu kita bisa memprediksi musim hujan dan musim kemarau, kini kondisinya sudah tidak seperti biasanya. Dampak perubahan iklim juga sudah mulai dirasakan tdak hanya...
scan untuk baca online
Gejala anomali cuaca mulai kita rasakan saat ini. Memang, dunia kini sedang menghadapi fenomena pemanasan global (global warming) yang berakibat pada perubahan iklim (climate change). Jika dulu kita bisa memprediksi musim hujan dan musim kemarau, kini kondisinya sudah tidak seperti biasanya. Dampak perubahan iklim juga sudah mulai dirasakan tdak hanya oleh bangsa Indonesia tetapi oleh semua bangsa di dunia. Banjir, kekeringan, timbulnya penyakit, gagalnya panen, merupakan beberapa diantara dampak akibat perubahan iklim.
Hasil kajian IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) memastikan bahwa perubahan iklim global terjadi karena atmosfer bumi dipenuhi oleh gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida dan metana, yang dihasilkan oleh manusia. Artinya, aktivitas manusia turut berperan penting terhadap perubahan iklim saat ini.
Menyadari hal itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim tersebut. Dari sisi masyarakat, gerakan menanam pohon, mengurangi pemakaian kendaraan bermotor melalui gerakan sepeda, seperti "bike to work", pemisahan sampah di rumah tangga, dan kegiatan lainnya setidaknya merupakan upaya nyata untuk menjawab tantangan perubahan iklim. Dari sisi swasta, dalam kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility ) mereka mulai melakukan aksinya dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca, dan langkah-langkah konkret untuk mencapai target tersebut. Dari sisi pemerintah, Kementerian PU terus berupaya mengimplementasikan kebijakan di bidang infrastruktur yang berorientasi lingkungan demi mengatasi fenomena perubahan iklim. Kebijakan itu sudah diawali pembangunan bangunan hijau (green building), salah satunya gedung baru Kementerian PU.
Di samping itu, terdapat kebijakan green construction yang mencoba mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemakaian produk konstruksi yang ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya rendah. Dalam skala yang lebih besar juga dilakukan pengembangan ruang terbuka hijau (RTH), dan upaya mendorong pembangunan kota menuju kota hijau atau green city. Kota hijau dapat dipahami sebagai kota ramah lingkungan, hemat energi dan berpihak pada prinsip-prinsip berkelanjutan baik secara lingkungan, sosial dan ekonomi dan tata kelola. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) sudah di-launch oleh Menteri PU, Djoko Kirmanto pada tanggal 26 September 2011 di Jakarta dan diikuti oleh 60 kabupaten/kota yang sudah menyelesaikan perda-nya dan telah mendapat persetujuan substansi.
Kiranya perubahan Iklim tidak hanya menjadi sekadar tema pada peringatan Hari Habitat Dunia 2011 kali ini, namun perlu upaya nyata dan konsisten agar kita benar-benar siap menghadapi perubahan iklim. Semoga gerakan antisipasi perubahan iklim bisa menjadi gerakan bagi semua masyarakat.
Masuk atau daftar untuk menulis komentar