
Sejuta Rumah Untuk Rakyat
Volume
Volume 67/Tahun XIV/Edisi April - Mei 2015
Tahun
2015
Atasi Backlog Melalui Program Sejuta Rumah KIPRAH edisi 67 ini mengangkat tema Sejuta Rumah Untuk Rakyat, mengingat pentingnya rumah sebagai kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan akan perumahan hinggi kini masih sangat tinggi. Kebutuhan sangat tinggi itu akibat backlog perumahan sebanyak 15 juta dan pertumbuhan kebutuhan rumah per tahun mencapai 800...
scan untuk baca online
Atasi Backlog Melalui Program Sejuta Rumah
KIPRAH edisi 67 ini mengangkat tema Sejuta Rumah Untuk Rakyat, mengingat pentingnya rumah sebagai kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan akan perumahan hinggi kini masih sangat tinggi. Kebutuhan sangat tinggi itu akibat backlog perumahan sebanyak 15 juta dan pertumbuhan kebutuhan rumah per tahun mencapai 800 ribu rumah. Namun, dari sisi penyediaan rumah hanya mencapai 400.000 unit per tahunnya.
Untuk itu, dalam era Kabinet Kerja, sebagai salah satu tindak lanjut dari program Nawa Cita Presiden Joko Widodo, maka pemerintah mencanangkan Program Pembangunan Sejuta Rumah untuk Rakyat pada tanggal 29 April di Ungaran, Semarang. Kegiatan ini dilaksanakan serempak di 8 (delapan) provinsi oleh Gubernur didampingi Bupati/Walikota yang lokasinya terpilih mewakili pembangunan perumahan di wilayahnya. Jumlah rumah yang siap di-groundbreaking pada tanggaL 29 April sebanyak 103.135 unit yang merupakan bagian dari 331.693 unit rumah pada tahap pertama.
Dalam Laporan Utama KIPRAH edisi ini juga mengangkat kendala yang akan dihadapi dalam pembangunan sejuta rumah, diantaranya regulasi dan penyediaan lahan, sehingga diperlukan revisi beberapa regulasi dan dukungan penyediaan lahan. Seperti yang dikatakan pakar perkotaaan Yayat Supriatna, kata kunci keberhasilan program pembangunan satu juta rumah adalah ketersediaan tanah sehingga menjadi masalah yang krusial yang harus dihadapi pemerintah untuk mengimplementasikan program ini.
Dari sisi pembiayaan, pemerintah memberikan subsidi uang muka secara cash sebesar Rp 4 juta bagi masyarakat yang membeli rumah secara subsidi. Lalu bunga KPR bersubsidi atau FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) juga diturunkan dari 7,5% menjadi 5% dengan tenor 20 tahun. Kebijakan ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan masyarakat MBR untuk dapat memiliki rumah.
Dalam Laporan Khusus kali ini, tim KIPRAH menyoroti tentang kota cerdas (smart city). Penerapan Smart City memungkinkan untuk membentuk kota yang cerdas secara ekonomi, lingkungan, pemerintahan, pola hidup, cerdas mobilitas kotanya, dan cerdas masyarakatnya. Beberapa kota di Asia dan Eropa telah menerapkan konsep ini sebagaimana yang akan dibahas dalam Laporan Khusus kali ini. Selain Laporan Utama dan Laporan Khusus, kami juga menyajikan artikel menarik lainnya seperti kisah sukses pengelolaan air di Paris, 10 jembatan pembentuk karakter kota di Indonesia, Bandung kota taman kebanggaan bangsa, dan artikel lainnya. Selamat membaca...
Masuk atau daftar untuk menulis komentar