
Krisis Air Mengancam, Waspadalah
Volume
Volume 55/Tahun XIII/Edisi Maret - April 2013
Tahun
2013
Krisis Air yang diangkat dalam tema Laporan Utama Kiprah kali ini bukan tanpa alasan. Krisis air bukan hanya menjadi isu penting bagi Indonesia tetapi juga bagi dunia. Para ahli memperkirakan Indonesia akan mengalami krisis air bersih pada 2025. Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat yang mengakibatkan meningkatnya permintaan akan air, merupakan...
scan untuk baca online
Krisis Air yang diangkat dalam tema Laporan Utama Kiprah kali ini bukan tanpa alasan. Krisis air bukan hanya menjadi isu penting bagi Indonesia tetapi juga bagi dunia. Para ahli memperkirakan Indonesia akan mengalami krisis air bersih pada 2025. Pertumbuhan penduduk yang cukup pesat yang mengakibatkan meningkatnya permintaan akan air, merupakan salah satu penyebab mengapa ketersediaan air baku semakin lama semakin berkurang. Sementara itu, perubahan iklim dan pencemaran air terutama yang terjadi di sungai turut memperparah kondisi air baku. Menurunnya daerah resapan dan kemampuan penyediaan air dari sumber air, degradasi Daerah Aliran Sungai (DAS), tingginya alih fungsi lahan, berkembangnya daerah permukiman dan industri juga semakin mengancam kapasitas lingkungan dalam menyimpan dan menyediakan air. Hal-hal itulah yang akan di bahas dalam Laporan Utama Kiprah edisi 55 ini.
Kiprah edisi kali ini juga secara detail mengupas bagaimana krisis air yang terjadi di Indonesia tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di daerah-daerah lainnya. Seperti diketahui pengelolaan air baku di tanah air terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain, padahal potensi air baku di Indonesia sangar besar. Kementerian Pekerjaan Umum mencatat potensi air baku di Indonesia saat ini sebesar 3,9 triliun m3, akan tetapi hanya ± 14 milyar m3 atau ± 57 m3 perkapita air baku yang dapat dikelola melalui reservoir (waduk), sementara itu Thailand sudah mencapai 1.277 m3 perkapita.
Bijak mengelola air baku adalah salah satu solusi jitu yang akan dibahas tuntas dalam salah satu artikel yang akan menjelaskan lebih lanjut mengenai upayaupaya guna mencegah semakin parahnya kondisi air di tanah air kita. Selain itu Pemerintah sendiri telah berupaya menyelesaikan berbagai permasalahan hukum yang mengarah pada tindak pidana di bidang sumber daya air melalui pembentukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang diperbantukan untuk menyelidiki dan mengawasai khususnya di bidang sumber daya air berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dari luar Indonesia, kita dapat belajar dari Paris dan Maroko bagaimana mereka menata manajemen air dan mengolah limbah secara lebih baik. Untuk melengkapi upaya-upaya yang dilakukan untuk mengubah air menjadi air bersih, dalam salah satu artikel akan dibahas alternatif teknologi untuk menjernihkan air yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber air alternatif untuk dapat digunakan sebagai air baku.
Kolom Jelajah kali ini menampilkan sisi lain tentang Jembatan Tumbang Nusa di Kalimantan, jembatan di Pulau Nias, waduk Jatibarang dan revitalisasi irigasi di Batang Tongar. Infrastruktur-infrastruktur tersebut hanya sebagian kecil yang telah dibangun oleh Kementerian PU dan layak untuk diketahui. Selamat membaca.
Masuk atau daftar untuk menulis komentar