
Model Pengelolaan Kawasan Pusaka Berkelanjutan: Studi Kasus Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali
Pengarang
Taufan Madiasworo
Penerbit
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun
2024
Tiap kota memiliki keunikan karakter, sejarah, dan nilai budaya yang tercermin pada hadirnya kawasan yang memiliki kekentalan nilai sosial dan budaya yang dapat disebut sebagai kawasan pusaka. Masalah yang diteliti bertitik tolak dari kondisi kawasan pusaka kita yang semakin menurun kualitasnya baik secara lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi. Namun demikian, tidak semua kawasan pusaka kita berada dalam kondisi buruk, kawasan Taman Ayun yang berlokasi di kabupaten Badung, Provinsi Bali adalah sebuah contoh kawasan pusaka dengan kondisi baik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kawasan Taman Ayun, pengelolaan kawasan pusaka yang dilakukan dengan pendekatan nilai kearifan lingkungan yang dilandaskan konsep Tri Hita Karana dengan awig-awig (hukum adat tertulis) sebagai instrumen pengelolaan kawasan pusaka, lebih efektif menjaga kelestarian kawasan pusaka dibandingkan dengan pengelolaan kawasan pusaka yang menggunakan instrumen kebijakan penataan ruang. Berdasarkan hasil penelitian, model pengelolaan kawasan pusaka berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan kebijakan penataan ruang dan kearifan lingkungan. Muatan model ini sebagai berikut: pada kawasan pusaka dengan karakteristik: 1) kawasan memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; 2) memiliki masyarakat adat yang masih memegang teguh adat istiadat, dan norma yang berlaku pada masyarakatnya; 3) memiliki aturan/hukum adat, maka pengelolaan kawasan pusaka dilakukan dengan: 1) berbasis pada kearifan lingkungan dengan instrumen aturan adat tertulis yang telah dilengkapi dengan muatan tata ruang; 2) dalam perspektif kebijakan penataan ruang, pengaturan kawasan pusaka dilakukan melalui penetapan kawasan pusaka dalam rencana tata ruang sebagai kawasan cagar budaya atau kawasan strategis sosial budaya, sedangkan penyusunan Rencana Tata Ruang dilakukan pada tingkat rencana umum, pengaturan pada skala lingkungan tidak dilakukan. Pengaturan ruang kawasan pusaka melalui pembagian zonasi, yaitu: zona inti, zona penyangga dan zona pengembangan; 3) pendekatan pengelolaan kawasan pusaka menggunakan konservasi dinamis; 4) melibatkan peran segenap pemangku dalam pengelolaan kawasan pusaka ini dengan pendekatan berbasis pada kesetaraan, keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat.
Judul | Model Pengelolaan Kawasan Pusaka Berkelanjutan: Studi Kasus Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali |
Penulis | Taufan Madiasworo |
Penerbit | Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat |
Tahun Terbit | 2024 |
Lokasi Penerbitan | Jakarta |
ISBN | 978-979-8230-94-3 |
Kode Pustaka | PUSAT-2797 |
Kode Panggil | — |
Kode Klasifikasi | NONE |
Bahasa | — |
Lokasi Simpan | Perpustakaan PUPR |
Kolasi | 356 hlm.; 20 x 25 cm |
Judul Seri | — |
Edisi | — |
Sumber | — |
Subyek | — |
Masuk atau daftar untuk menulis komentar