PU DORONG PEMANFAATAN RUMPUT VETIVER SEBAGAI PENGENDALI EROS

PU DORONG PEMANFAATAN RUMPUT VETIVER SEBAGAI PENGENDALI EROS

10346 Print

PU DORONG PEMANFAATAN RUMPUT VETIVER SEBAGAI PENGENDALI EROSI TANAH

Departemen Pekerjaan Umum (PU) mendorong pemanfaatan rumput vetiver dalam pengendalian erosi tanah pada jalan. Rumput vetiver dapat memperbaiki stabilitas tanah karena sifat perakarannya yang tebal dan kuat masuk ke dalam tanah hingga 4,5 meter.

 

Kepala Badan Pembina Konstruksi dan Sumber Daya Manusia (BPK-SDM) Sumaryanto Widayatin pada Seminar Green Construction Dalam Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Berwawasan Linkungan, Selasa (3/6) di Jakarta mengatakan, keuntungan pemakaian rumput vetiver diantaranya harga yang jauh lebih murah dibandingkan bangunan fisik pencegah erosi lainnya.

 

Harga rumput vetiver hanya Rp 10 ribu per meternya, sementara bangunan fisik lainnya mencapai Rp 2 juta, sebut Sumaryanto yang juga menjabat sebagai salah satu Komisaris PT Jasa Marga.

 

Ujicoba pemakaian rumput dengan nama latin vetiveria zizaniodes ini telah dilakukan PT Jasa Marga pada beberapa lokasi di ruas Tol Cipularang, Jawa Barat. Lokasi tersebut diantaranya yaitu Km 69+200, Km 84+400, KM 90+500 serta interchange Padalarang.

 

Berdasarkan data PT Jasa Marga, ujicoba penanaman tersebut relatif berhasil. Hal tersebut dapat terlihat pada daerah lereng kritis Pasir Honje (Km 92+500) selama 1 kali periode hujan dan 2 kali periode kemarau dapat mencegah erosi pada lereng tersebut.

 

Sumaryanto menuturkan, kelebihan rumput yang pertama kali dibawa ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1920 ialah mampu membentuk pagar permanen yang padat dan tebal yang mencegah tergerusnya lapisan atas tanah. Kekuatan rumput tersebut juga mencapai seperenam kekuatan gajah atau setara 75 megapascal.

 

Jadi jangan pernah meremahkan kekuatan dari rumput ini, ucap Kepala BPKSDM.

 

Pemanfaatan rumput vetiver juga telah digunakan antara lain pada lereng di Bali serta sebuah tanggul di Cirebon, Jawa Barat. Sumaryanto menambahkan, bahkan di Vietnam vetiver digunakan juga sebagai pemecah ombak (breakwater).

 

Melihat hal tersebut, saya menyarankan agar hal serupa juga kita lakukan sepanjang pesisir pantai utara jawa, tutur Sumaryanto.

 

Kelebihan dari rumput ini juga berupa akarnya yang dapat dijadikan bahan wewangian sehingga rumput ini juga sering disebut tanaman akar wangi. Sementara daunnya bisa digunakan campuran makanan ternak hewan.  Tanaman yang dapat tumbuh pada segala jenis tanah ini juga dapat menyerap polutan hitam melalui akarnya.

 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Hermanto Dardak mengatakan, pemanfaatan rumput vetiver akan digunakan pada jalan nasional terutama pada ruas-ruas yang kritis terhadap terjadinya erosi. Selain sebagai pengendali erosi, vetiver pada sekita jalan juga dapat menjadi ruang terbuka hijau.

 

Pengunaan tanaman termasuk rumput seperti vetiver pada jalan sebenarnya maksimal dapat mencapai 30 persen, yang dilakukan pada median dan ruang sisi kiri-kanan jalan, terang Hermanto.

 

Hermanto menerangkan, alokasi dana untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman sebagai bentuk penghijauan jalan telah termasuk dalam dana pemeliharaan jalan yang besarnya mencapai Rp 25 juta per meter setiap tahunnya.

 

Penghijauan disekitar badan jalan merupakan bentuk penerapan green construction yang telah dilakukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga. Hal tersebut antara lain telah dilakukan pada ruas jalan di Bali dan pantura Jawa. (rnd)

 

Pusat Komunikasi Publik

030608

Apakah informasi di atas cukup membantu?

Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR
Facebook: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Twitter: @kemenpu
Instagram: kemenpupr
Youtube: kemenpu
#SigapMembangunNegeri

Berita Terkait