MBR MILIKI POTENSI PENGEMBANGAN SPAM

MBR MILIKI POTENSI PENGEMBANGAN SPAM

9863 Print

MBR MILIKI POTENSI PENGEMBANGAN SPAM

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) memiliki potensi yang besar dalam pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dibuktikan dengan biaya pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Hal tersebut disebabkan minimnya akses pelayanan jaringan air minum perpipaan yang dimiliki MBR.

 

Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya yang dibacakan Kepala Sub Direktorat Perencanaan Teknis dan Pengaturan Ditjen Cipta Karya Sitti Bellafolijani pada peluncuran perangkat penjelasan untuk MBR yang diadakan Environmental Service Program (ESP)-USAID di Jakarta, Senin (15/12).

 

Minimnya terhadap akses air perpipaan, membuat MBR berupaya sendiri memenuhi kebutuhan airnya melalui sumur bos yang kualitas dan kuantitasnya tidak memadai. Bahkan, sebagian MBR terpaksa membeli air secara eceran dengan biaya yang mencapai 10 kali lebih mahal dibandingkan bila menggunakan pelayanan air minum perpipaan.

 

Dirjen Cipta Karya mengungkapkan, selama tiga dasawarsa terakhir pembangunan prasarana dan sarana SPAM perpipaan sebesar 45 persen di perkotaan dan 10 persen di perdesaan. Secara nasional cakupan pelayanan baru mencapai 24 persen. Kapasits produksi terpasang sebesar 137 ribu liter perdetik dengan jumlah sambungan rumah (SR) sebanyak 7,1 juta unit.

 

Padahal Indonesia telah meratifikasi kesepakatan global Millenium Development Goals (MDGs). Salah stu sasaran MDGs ialah mengurangi separuh jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada sumber air minum yang aman dan berkesinambungan pada 2015.

 

Sejauh ini perkembangan SPAM masih terbatas di perkotaan, dan pada umunya melayani masyarakat berpenghasilan menengah k eats. Selain itu, kondisi sebagian besar PDAM masih sakit yang disebabkan faktor-faktor seperti manajemen, keuangan, kelembagaan dan lainnya.

 

Kondisi tarif air minum yang dibawah nilai produksi menyebabkan PDAM tidak memiliki kemampuan untuk mengembalikan utang sekaligus menjadi salah satu penyebab PDAM menjadi tidak sehat dan sulit berkembang.

 

Pemerintah terus mendorong PDAM menjadi perusahaan yang sehat dan mandiri sehingga dapat menjadi lokomotif bagi pengembangan air minum di daerah perkotaan.

 

Paralel dengan upaya penyehatan PDAM dan sesuai kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pelayanan air minum bagi MBR, maka sudah saatnya semua pihak mencari terobosan dan inovasi pelayanan SPAM bagi MBR.

 

Selama ini pemerintah membangun SPAM bagi MBR diutamakan yang berada di perdesaan diantaranya melalui program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Namun, berdasar data Badan Pusat Statistik pada 2005, 11 persen masyarakat perkotaan termasuk dalam kategori miskin, sehingga tentunya kita perlu memikirkan akses air minum bagi masyarakat tersebut.

 

Melalui sambungan komunal, air bersih untuk MBR tidak hanya menjadi mungkin, tetapi juga lebih murah, terjaga kualitasnya, serta menghemat waktu karena akses yang dekat dan mudah.

 

Pada acara yang digelar ESP-USAID kemarin, diluncurkan panduan inovatif pengadaan air bersih untuk masyarakat berpenghasilan rendah di kota-kota besar, seperti Sidoarjo dan Medan, yang termuat pada dua buku

 

Panduan dipublikasikan untuk mengatasi kendala mendapat sambungan air bersih secara murah. Kendalanya biasanya biaya harus dibayar di muka, atau kendala administrasi domisili, seperti perumahan padat, kumuh, atau terletak di atas air laut/sungai mempersulit sambungan baru Tata cara yang diperkenalkan, yaitu sambungan komunal dan mikro kredit untuk masyarakat yang tidak mampu membayar secara tunai di muka. (rnd)

 

Pusat Komunikasi Publik

161208

Apakah informasi di atas cukup membantu?

Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR
Facebook: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Twitter: @kemenpu
Instagram: kemenpupr
Youtube: kemenpu
#SigapMembangunNegeri

Berita Terkait