Investasi SPAM Jawa dan Banustra Capai Rp 2,3 Triliun
Program investasi untuk
pengembangan sistem pengembangan air minum berupa penambahan kapasitas
sambungan baru di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara membutuhkan biaya investasi
sekitar Rp 2,3 Triliun. Dengan Investasi
tersebut maka sebanyak 385.709 sambungan rumah baru akan tersambung. Hal
tersebut tertuang dalam paparan Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono dalam Rapat Pemantapan
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan SPAM TA 2013 Wilayah Jawa dan Banustra (Bali
dan Nusa Tenggara) di Surabaya, Rabu
(19/12).
Terdapat 17 Kota/kabupaten
yang akan melakukan pengembangan SPAM, dimana ke 17 kota/kabupaten tersebut
mendapat bantuan dari pinjaman perbankan.
Beberapa yang terbesar yaitu Kota Denpasar Provinsi Bali yaitu pembuatan
pipa distribusi IPA Petanu sepanjang 14 km dengan total investasi Rp 465 miliar
dengan pinjaman perbankan Rp 32 miliar.
Selain itu, juga terdapat
pembangunan sumur bor, unit distribusi dan penambahan 120 ribu SR di Kota
Mataram Nusa Tenggara Barat dengan total investasi Rp 177 miliar dan pinjaman
perbankan 45 miliar.
“Alternatif melalui sumber
perbankan ini akan kita dorong terus kedepannya. Karena kalau hanya mengandalkan
APBN pusat saja tidak akan cukup untuk mencapai sasaran target MDGs 2015,” kata
Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono.’
Selain melalui perbankan,
terdapat alternatif sumber pembiayaan lain yaitu melalui dana hibah. Total dana
hibah untuk Wilyah Jawa dan Banustra sebesar Rp 417 miliar berasal dari AUSAID
maupun USAID. Dengan dana hibah ini sebanyak 161 ribu sambungan baru akan
terpasang.
Dalam kesempatan tersebut,
Budi Yuwono menyinggung soal anggaran direktif presiden untuk air minum di
tahun 2013 sebesar Rp 1,7 triliun. Mengingat tahun 2013 dianggap tahun politik,
ia menghimbau jajarannya di daerah untuk mengawasi dengan ketat penyaluran pagu
tersebut.
"Anggaran direktif
presiden langsung diserahkan ke Pemda tanpa intervensi DPR. Karena itu dikelola
melalui kementerian teknis (PU, red) agar tidak dimainkan ke arah
politis," tegasnya.
Anggaran direktif presiden
diarahkan untuk mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals
(MDGs) 2015 dimana air minum dan sanitasi termasuk target yang mendapat
keprihatinan Presiden. Target lain yang dikhawatirkan tidak akan tercapai
adalah penurunan angka kematian ibu dan bayi. Hal ini, lanjut Budi, ditengarai
menjadi salah satu imbas kurangnya akses air minum dan sanitasi yang layak.
(dvt)
Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR
Facebook: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Twitter: @kemenpu
Instagram: kemenpupr
Youtube: kemenpu
#SigapMembangunNegeri